*Oleh: Pa’du Palimbong
Berbicara mengenai alokasi beras miskin (raskin) yang ada hampir di semua kabupaten/ kota di Kalbar ini dan secara khusus Kabupaten Landak menurut saya tidak perlu menerima raskin sebanyak 44.137 Rumah Tangga Sasaran (RTS) apabila dihitung dari data yang dipaparkan Sekda Landak Drs. Ludis,M.Si saat sosialisasi program raskin 2010 di aula kantor bupati dan dimuat di koran di Harian Equator yaitu sekitar 15 kg per bulan atau sekitar 180 kg /RTS/tahun mengingat jumlah tersebut relatif kecil dan dapat disubtitusi dari mengkonsumsi pangan non beras yang memiliki kualitas kandungan karbohidrat dan gizinya tidak kalah denga beras seperti ubi kayu (Manihot esculenta, Crantz ) , ubi jalar, jagung, sukun (Kandungan tiap jenis komoditi pangan ini akan dibahas pada bagian kedua tulisan ini ). Bahan pangan tersebut sebenarnya cukup tersedia untuk makanan pangan alternatif. Komoditi ubi kayu, buah sukun, jagung dan ubi jalar mempunyai nilai protein ,gizi dan vitamin yang cukup baik untuk bahan tambahan atau subtitusi beras. Apabila masyarakat mulai memahami dengan baik bahwa ubi kayu, jagung , ubi jalar dan sukun mempunyai manfaat yang baik dan secara bertahap kebiasaan masyarakat ditingkatkan agar mau mengkonsumsi pangan non beras ini yang jumlahnya tersedia di masyarakat maka sebenarnya kekurangan beras yang dialokasikan ke masyarakat khususnya Kabupaten Landak dapat dikurangi dan pada waktu tertentu ketergantungan masyarakat akan beras sebagai satu-satunya makanan pokok pangan dapat dikurangi dan dengan demikian nilai makanan non beras tersebut akan mempunyai nilai yang cukup baik di pasar sehingga dapat menambah pendapatan masyarakat. Memang agak aneh kalau masyarakat khususnya di Landak termasuk penerima Raskin yang relative banyak jika dibandingkan dengan ketersediaan sumberdaya pertanian yang tersedia dan dapat digarap dengan leluasa untuk pengembangan berbagai komoditi khususnya tanaman pangan. Masalah yang dihadapi dalam hal ini adalah masih rendahnya produktivitas komoditi padi, perkebunan rakyat dan berbagai potensi lainnya yang dapat menjadi sumber pendapatan untuk memenuhi pengadaan bahan pangan seperti beras. Pihak dinas terkait memang harus bekerja keras agar pengembangan berbagai aneka pangan ini dapat berlangsung dengan baik serta peningkatann produksi dapat semaksimal mungkin. Selain itu ketersaediaan pangan ubi kayu . ubi jalar , sukun dan jagung umumnya masih diolah secara tradisional /masih jadi bahan primer sehingga nilai jualnya juga masih sangat rendah. Untuk memasyarakatkan agar masyarakat mulai terbiasa mengkonsumsi pangan non beras ( pemasyarakatan konsumsi aneka pangan ) tersebut maka peningkatan penyuluhan dan lnformasi manfaat pangan non beras tersebut harus dilakukan secara terus menerus dimasyarakat. Demikian juga pelatihan aneka jenis msakan yang dapat dibuat dari bahan ubi kayu, jagung, sukun dan ubi jalar perlu dilakukan oleh PKK baik Provinsi maupun tingkat Kabupaten sehingga makanan yang diperoleh dari bahan tersebut menarik dan enak rasanya serta dapat pula menjadi komoditi dagang. Pada berbagai acara baik itu di Pemerintah daerah atau acara masyarakat perlu di sajikan menu aneka pangan non beras. Peran pemerintah , PKK dan berbagai organisasi social perlu turut berpartisifasi agar program ini berhasil sehingga tidak perlu ada kekuatiran jika tidak ada beras maka pasti kelaparan. Kebijakan Bupati Landak yang terus menerus menyuluh aneka pangan tersebut di atas pada setiap kesempatan ada pertemuan dengan masyarakat merupakan sesuatu yang patut diikuti oleh semua masyarakat khususnya di Kab Landak. Kegiatan lomba menu pangan non beras yang terus digalakkan oleh PKK Kalimantan Barat yang dibawah pimpinan ketua umumnya Ny Frederika Cornelis patut didukung hanya saja sampai saat ini belum banyak kita jumpai pada acara resmi pemerintah menyuguhkan masdakan ubi kayu atau sukun sebagai pengganti beras atau kue yang dibuat dari bahan non beras kalaupun ada ya masih sangat sedikit. Untuk program penganeka ragaman pangan non beras ini salah satu masalah berat adalah bagaimana memberi pemahaman kepada masyarakat agar mau merobah pola pikir dari ketergantungan kepada beras menjadi masyarakat yang terbiasa dan mau mengkonsumsi pangan non beras. Ini memang tidak mudah karena biasanya kalau ada masyarakat yang makan ubi kayu, sukun atau jagunhg sebagai pengganti beras dianggap orang miskin dan secara psikologis ya itu tidak enak . Kalau ada masyarakat yang datang ke saya mau mengundang bupati untuk acara panen raya padi biasanya saya bilang coba siapkan konsumsi beras yang dicampur dengan ubi atau jagung serta snack yang bahan bakunya dari ubi kayu rebus, sukun, jagung rebus daun ubi kayu untuk lauk maka pasti dijawab wah itu tidak mungkin kan bupati bagaimana mau diberi makanan seperti itu. Jadi jelas bahwa masihb ada anggapan menyuguhkan makanan seperti itu dianggap kurang menghormati nah ini harus dirubah. Mulai tahun ini maka panen raya yang akan kita lakukan bukan hanya untuk panen padi atau jagung akan tetapi juga panen raya ubi kayu dan lain-lain. (Penulis: Kepala Dinas Pertanian Landak)
Raskin Dapat Ditanggulangi
Posted by CB Blogger
|
Social Media Widget SM Widgets
Demo Blog NJW V2 Updated at: 17.45
0 komentar:
Posting Komentar